Nelayan tradisional di pesisir Ujong Blang, Weu Jangka, Kuala, Bireuen menyiapkan pukat tradisional untuk melaut, namun sejauh ini mereka luput perhatian dinas terkait. |
BIREUEN, KabarViral79.Com - Sejumlah nelayan tradisional yang masih mengandalkan pukat angguk (pukat darat), di pesisir Kuala, Kecamatan Kuala minta perhatian dinas di Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bireuen.
Pasalnya, selama ini nelayan yang masih menggantungkan pencahariannya dengan menggunakan pukat darat (radisional) sejauh ini masih luput perhatian, terutama bantuan pukat dari dinas terkait.
Hal itu dikeluhkan M. Yunus (65), pawang perahu tradisonal yang juga warga Desa Weu Jangka, Kecamatan Kuala, Bireuen kepada media ini, Selasa, 3 Oktober 2023.
Menurutnya, selama ini ia masih mengandalkan pukat darat untuk mencari ikan dengan menarik pukat bersama nelayan lain serta warga sekitar pesisir Ujong Blang dan Weu Jangka.
"Tapi selama ini hasil pencairan ikan dengan. Menggunakan pukat darat (tradisional) ini sudah mulai langka, hanya tinggal beberapa orang lagi, itu mengunakan perahu pribadi," katanya.
Minimnya nelayan untuk menggeluti pukat tradisonal, sambung M Yunus, dikarenakan sekarang sudah banyak boat yang menggunakan masin, meskipun tradisi menarik pukat angguk secara tradisional masih sangat diminati warga.
"Namun kendala utama, pukatnya sering rusak, dan untuk membuat baru, tentunya butuh modal mulai Rp30 hingga Rp40 juta dengan ukuran 500 meter.
M Yunus telah menggeluti pekerjaan sebagai pawang pukat angguk (tradisional) selama, empay tahun terakhir ini, namun tangkapan ikan dari pukat tradisional terus minim, apalagi harus mempekerjakan 15 tanaga lainnya, guna menarik pukat hingga ke darat.
"Seperti hari ini, saya sudah berusaha dua kali berlabuh pukat darat ini, tapi hasil ikan yang didapat sangat minim, dan uangnya dapat Rp200 ribu, lalu dibagikan untuk upah bagi pekerja yang membatu harus dibayar Rp 30 hingga Rp35 ribu per orang," katanya sedih.
Mau tidak mau, sambungnya, memang ini sudah resiko kami nelayan tradisional, yang masih mengandalkan perahu tradisonal untuk mencari ikan, apalagi kami dituntut oleh anak-anak kami yang masih sekolah dan menuntut undi pesantren.
"Kecuali bila cuaca mendukung, dan pendapatan penjualan ikan hasil yang didapat bisa mencapai Rp1 juta, maka pekerjanya akan diberikan persennya," ucapnya.
Disingung selama ini, apakah pihak Dinas Kelautan dan Perikanan di Pemkab Bireuen pernah ikut membantu pukat, atau bantuan dari Anggota DPRK Bireuen, M. Yunus mengaku hingga saat ini belum ada perhatian sama sekali.
"Kami sangat berharap perhatian pemerintah, serta perwakilan kami di DPRK Bireuen, terutama berharap adanya perhatian dan bantuan pukat, apalagi kami ini nelayan tradisional," harapnya. (Joniful Bahri)
from KabarViral79.Com https://ift.tt/1FcnmJl
via Beritarh
0 Komentar